Penjelasan Tentang Apa Itu Hadits Musnad dan Muttashil? Matan Baiquniyyah Matan al-Baiquniyyah وَالْمُسْنَدُ المُتَّصِلُ الإِسْنَادِ مِنْ ... رَاوِيهِ حَتَّى المُصْطَفَى وَلَمْ يَبِنْ Dan musnad adalah yang sanadnya bersambung...para perawinya sampai kepada al-Musthofa Nabi dan tidak terputus وَمَا بِسَمْعِ كُلِّ رَاوٍ يَتَّصِلْ ... إسْنَادُهُ لِلْمُصْطَفَى فَالْمُتَّصِلْ Dan setiap hadits yang setiap perawi mendengarkan dari perawi sebelumnya secara bersambung...sanadnya kepada al-Musthofa Nabi, maka itu disebut muttashil Mandzhumah al-Baiquniyyah Penjelasan Musnad yang dimaksud dalam definisi al-Imam al-Baiquniy ini adalah riwayat marfu’ yang bersambung sanadnya. Bersambungnya sanad disebut dengan istilah muttashil. Muttashil adalah riwayat bersambung, sedangkan musnad adalah bersanad sampai Nabi. Muttashil berlaku pada hadits marfu’ maupun yang tidak marfu’. Syarat hadits disebut muttashil adalah jika semua perawi benar-benar mendengar dari perawi di atasnya secara langsung. Musnad adalah marfu’ yang muttashil. Setiap musnad adalah muttashil, namun tidak setiap muttashil adalah musnad. Musnad tidak selalu shahih, karena ia hanya memenuhi syarat hadits shahih dalam hal bersambung sanadnya. Bisa jadi meski sanadnya bersambung, perawinya lemah atau majhul tidak dikenal, atau merupakan riwayat yang syadz, atau mengandung illat qodihah. Akibatnya, meski bersambung sanadnya, riwayat itu tidak Ulama menyusun beberapa kitab musnad dengan pengelompokan berdasarkan kriteria tertentu Pertama Kitab musnad yang dikelompokkan berdasarkan nama Sahabat Nabi. Beberapa kitab yang disusun demikian adalah Musnad Ahmad, musnad Abi Hanifah, musnad Abi Ya’la, musnad Abi Bakr al-Marwaziy, musnad al-Humaidiy, musnad atThoyaalisiy, Musnad Aisyah Ibnu Abi Dawud, musnad Abd bin Humaid, musnad Umar bin al-Khoththob Ibnu an-Najjaad. Kedua Kitab musnad yang dikelompokkan berdasarkan pengelompokan bab fiqh maupun akidah. Kitab-kitab yang seperti ini adalah musnad asy-Syafii, musnad arRobi’ bin Habiib, musnad Abdullah bin al-Mubaarak, musnad al-Harits, musnad asy-Syihaab. Musnad Ahmad Salah satu kitab musnad yang terkenal adalah kitab musnad yang disusun oleh al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Hadits-hadits dalam kitab itu disusun dan dikelompokkan berdasarkan nama Sahabat Nabi yang meriwayatkan. Ada sekitar 700-an Sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits dalam musnad tersebut. Total jumlah hadits dalam musnad Ahmad adalah sekitar 40 ribu hadits dengan pengulangan. Sedangkan jika tanpa pengulangan, jumlahnya sekitar 30 ribu hadits. Sebagian Ulama berpendapat bahwa musnad Ahmad hanya berisi hadits shahih, hasan, dan dhaif yang mendekati hasan. Tidak ada yang maudhu’. Ulama yang berpendapat demikian, di antaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, adz-Dzahabiy, al-Hafidz Ibnu Hajar, dan as-Suyuthiy. Sebagian Ulama berpendapat bahwa dalam musnad Ahmad ada yang maudhu’. Ibnul Jauzi menilai ada 29 hadits maudhu’, ditambah 9 hadits oleh al-Iraqiy. Pendapat yang benar adalah secara asal, hadits dalam Musnad Ahmad tidak ada yang maudhu’. Adapun tambahan dari putra Ahmad Abdullah dan juga Abu Bakr al-Quthoy’iy bisa jadi ada yang maudhu’. Demikian ringkasan penjelasan Syaikhul Islam dalam Minhajus Sunnah. Wallaahu A'lam dikutip dari naskah buku "Mudah Memahami Ilmu Mustholah Hadits Syarh Mandzhumah al-Baiquniyyah, Abu Utsman Kharisman WA al I'tishom
Jawabantentang hadis menuntut ilmu ke negeri Cina. Hadis ini adalah hadis yang batil. Bahkan disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu'at, "Ini adalah hadis dusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. As-Syaukani mengatakan, 'Hadis ini diriwayatkan al-Uqaili dan Ibn Adi dari Anas secara marfu' (sampai kepada Nabi
Pendahuluan Hadits merupakan penjelas makna ayat-ayat al-Qur’an, bahkan contoh praktis bagaimana seorang muslim melaksanakan ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an. Demikian penting peranan hadits dalam agama Islam, banyak musuh Islam melakukan serangan kepada ajaran Islam dengan membuat dan menyebarkan hadits palsu. Bahkan karena kurangnya ilmu, orang Islam sendiri juga bisa tergoda untuk membuat hadits palsu. A. Pengertian Para ulama memberikan definisi sebagai berikut الحديث الموضوع هو الحديث المُختَلق المصنوع المكذوب على النبي صلى الله عليه وسلم سواء كان عن عمد أو غير عمد Hadits Maudhu’ yaitu hadits yang dibuat sendiri oleh seorang perawi, lalu menisbahkannya kepada Rasulullah Saw. Baik secara sengaja maupun tidak. Istilah mudahnya, hadits maudhu’ itu adalah hadits palsu. Sama maknanya dengan ijazah palsu, polisi palsu, ataupun tangan palsu. B. Macam-macam Hadits Maudhu’ dan Contohnya Berdasarkan definisi di atas, maka hadits maudhu’ itu ada dua macam. Yaitu hadits maudhu’ yang dilakukan secara sengaja oleh seorang perawi dan hadits maudhu’ yang dilakukan secara tidak sengaja. a. Hadits Maudhu’ Yang Sengaja Berikut ini merupakan beberapa contoh hadits maudhu’ حبُّ الوطن من الإيمان Cinta tanah air merupakan bagian dari iman. إنَّ الله تعالى لا يعذبُ حسان الوجوه Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab wajah yang rupawan. لا يدخل النارَ مَن اسمهُ محمد أو أحمد Tidak akan masuk neraka orang yang namanya Muhammad atau Ahmad. b. Hadits Mudhu’ Yang Tidak Sengaja Berikut ini contoh hadits maudhu’ yang tidak sengaja عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ مُحَمَّدٍ الطَّلْحِيِّ، عَنْ ثَابِتِ بْنِ مُوسَى الزَّاهِدِ، عَنْ شَرِيكٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، مَرْفُوعًا “مَنْ كَثُرَتْ صَلَاتُهُ بِاللَّيْلِ حَسُنَ وَجْهُهُ بِالنَّهَارِ. رواه ابن ماجه Dari Ismail bin Muhammad at-Thalhi, dari Tsabit bin Musa az-Zahidi, dari Syarik, dari al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, yang diriwayatkan secara marfu’ bersambung dari Rasulullah Saw. Barangsiapa banyak shalat malam, maka wajahnya akan berseri-seri di siang hari.” HR. Ibnu Majah Imam Hakim memberikan keterangan tentang hadits di atas دَخَلَ ثَابِتٌ عَلَى شَرِيكٍ وَهُوَ يُمْلِي، وَيَقُولُ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، وَسَكَتَ؛ لِيَكْتُبَ الْمُسْتَمْلِي، فَلَمَّا نَظَرَ إِلَى ثَابِتٍ، قَالَ مَنْ كَثُرَتْ صَلَاتُهُ بِاللَّيْلِ حَسُنَ وَجْهُهُ بِالنَّهَارِ، وَقَصَدَ بِذَلِكَ ثَابِتًا؛ لِزُهْدِهِ وَوَرَعِهِ، فَظَنَّ ثَابِتٌ أَنَّهُ مَتْنُ ذَلِكَ الْإِسْنَادِ؛ فَكَانَ يُحَدِّثُ بِهِ Waktu itu Tsabit datang ketika Syarik sedang mendiktekan hadits. Syarik berkata Dari al-A’masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir dia berkata Bersabda Rasululluah Saw. Lalu Syarik berhenti sejenak. Memberikan kesempatan kepada murid-muridnya untuk menulis. Kemudian Syarik melihat Tsabit yang baru datang. Lalu Syarik berkata Barangsiapa banyak shalat malam, maka wajahnya akan berseri-seri di siang hari. Maksudnya Syarik sedang memuji Tsabit yang dia seorang murid yang zuhud dan wirai. Sementara Tsabit salah sangka. Dia mengira bahwa pujian Syarik itu merupakan matan bagi sanad tersebut. Sehingga Tsabit pun meriwayatkannya sebagai sebuah hadits. Nah, itulah salah satu contoh hadits maudhu’ yang secara tidak sengaja telah dibuat oleh seorang perawi. C. Hukum Menyampaikan Hadits Maudhu’ Bila kita sudah mengetahui bahwa suatu hadits merupakan hadits palsu, maka haram hukumnya menyampaikan hadits itu kepada orang lain. Kecuali untuk menerangkan kepalsuannya. Rasulullah Saw. bersabda مَنْ حَدَّثَ عَنِّى بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ “Barangsiapa menyampaikan berita tentang diriku, dan dia sudah mengetahui bahwa berita itu dusta, maka dia termasuk seorang pendusta.” HR. Imam Muslim. D. Cara Mendeteksi Hadits Maudhu’ Sebuah ditengarai sebagai hadits palsu atau hadits maudhu’, apabila menunjukkan indikasi sebagai berikut 1. Pengakuan perawi Sebagaimana hal ini pernah diakui oleh seorang perawi yang bernama Abu Ishmah Nuh bin Abi Maryam. Dia mengaku telah membuat banyak hadis palsu yang dia nisbahkan pada Abdullah bin Abbas. Juga pengakuan seorang perawi yanga bernama Maisarah bin Abdi Rabbih al-Farisi. Dia mengaku telah membuat banyak hadits tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib sebanyak 70 hadits. 2. Semacam pengakuan dari perawi Misalnya ada seorang perawi yang meriwayatkan dari syeikhnya sebuah hadits yang tidak diriwayatkan dari jalur yang lain. Kemudian dia ditanya mengenai tanggal lahirnya. Setelah dicek tanggal wafat syeikhnya, diketahui bahwa dia tidak mungkin pernah bertemu dengan syeikhnya. Atau setidaknya usianya terlampau muda untuk meriwayatkan hadits dari syeikhnya. 3. Adanya indikasi pada diri perawi Misalnya seorang Syi’ah Rafidhah yang meriwayatkan sebuah hadits tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib. 4. Adanya indikasi pada berita yang diriwayatkan Yaitu sebuah hadits yang isinya – berseberangan dengan akal sehat. – bertentangan dengan kenyataan yang bisa dilihat atau dirasakan dengan mudah. – berlawanan dengan ayat al-Qur’an yang bermakna tegas sharih – memiliki redaksi kalimat yang buruk. Misalnya – sebuah berita yang disampaikan oleh Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa kapal Nabi Nuh thawaf sebanyak tujuh kali, lalu shalat di dekat maqam bekas telapak kaki Ibrahim dua rakaat. – bahwa seorang anak hasil perzinahan tidak akan masuk surga hingga tujuh turunan. E. Alasan Orang Membuat Hadits Palsu Terdapat beberapa alasan orang tega membuat hadits palsu, di antaranya 1. Membuat kisah dan nasihat yang menarik Untuk menarik perhatian orang awam, adakalanya orang suka membuat kisah-kisah yang tidak masuk akal, sehingga membuat banyak orang takjub. Dengan harapan banyak orang yang mengundangnya untuk berceramah dan memperoleh upah. Maka dia membuat hadits palsu sebagai berikut “Barangsiapa mengucapkan Laa ilaah illallaah, maka untuk setiap katanya Allah akan menciptakan seekor burung yang paruhnya terbuat dari emas, dan sayapnya terbuat dari permata.” Ketika perawi hadits itu ditanya, dia pun mengaku telah membuatnya sendiri. Dia berkata, bahwa dia ingin membuat orang senang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallaah. 2. Fanatik golongan Hadits palsu untuk kepentingan golongan ini banyak dibuat oleh Syiah Rafidhah. Imam Malik berpesan, bahwa jangan sampai kita menerima hadits dari mereka. Karena mereka banyak berdusta. Misalnya hadits palsu berikut ini “Aku Rasulullah Saw. adalah timbangan ilmu. Ali adalah kedua piring timbangan. Hasan dan Husain adalah tali-talinya. Fathimah adalah tangan timbangan. Dan para pemimpin dari keluarga kami adala penyangga timbangan. Di mana amal para pecinta dan pembenci kami akan ditimbang.” Adapun kelompok yang paling mustahil membuat hadits palsu adalah Khawarij. Karena mereka menganggap kafir orang yang berbuat dosa. Apalagi membuat hadits palsu. 3. Memusuhi Agama Islam Para musuh Islam tidak mampu membendung arus kemenangan agama Islam. Maka mereka berpura-pura masuk Islam dengan membawa kebencian kepada ajaran-ajaran Islam dengan membuat hadits-hadits palsu. Isinya merendahkan ajaran Islam. Seperti seorang perawi yang bernama Abdul Karim bin Abi Auja’. Dia dibunuh oleh Gubernur Basrah, Muhammad bin Sulaiman al-Abbasi. Sebelum dibunuh dia mengaku, bahwa dia telah membuat hadits palsu tentang hukum Islam. Contoh hadits palsu yang merendahkan ajaran Islam “Allah menciptakan para malaikat dari bulu dada dan kedua tangan-Nya.” 4. Menyenangkan para penguasa dan mengambil keuntungan pribadi Misalnya ada orang yang bernama Ghiyats bin Ibrahim Nakha’i. Dia bertemu dengan al-Mahdi salah satu khalifah dalam Dinasti Abbasiyah sedang bermain-main dengan burung merpati. Maka secara spontan dia membuat hadits palsu untuk menyenangkan al-Mahdi. Dan benar saja, al-Mahdi pun memberikan uang sebanyak dirham kepingan perak. Namun setelah Ghiyats itu pergi, al-Mahdi berkata “Sungguh aku mengetahui bahwa orang itu seorang pendusta atas diri Rasulullah Saw.” Lalu al-Mahdi menyuruh orang untuk menyembelih burung merpati itu. Penutup Demikianlah beberapa penjelasan tentang hadits maudhu’ atau hadits palsu ini. Semoga bermanfaat bagi kita bersama. Allahu a’lam. _____________________ Bacaan utama Kitab Mabahits fi Ulumil Hadits, Syeikh Manna’ al-Qatthan, rahimatullah. Artikel Syarh al-Hadits al-Maudhu’. Syeikh Muhammad Thaha Sya’ban. Artikel al-Ahadits adh-Dha’ifah wa Atsaruha. Syeikh Ibrahim bin Abdullah al-Mazru’i.
Y9JCRiE. cmimq92wth.pages.dev/14cmimq92wth.pages.dev/594cmimq92wth.pages.dev/32cmimq92wth.pages.dev/220cmimq92wth.pages.dev/217cmimq92wth.pages.dev/4cmimq92wth.pages.dev/223cmimq92wth.pages.dev/324
tanya jawab tentang hadits maudhu